Tulisan Oleh : Tengky Widjanarkoe


Ini adalah perjuangan yang penghabisan,
Marilah kita berkumpul dan besok
Internasionale
Itulah umat-manusia

Bangunlah semangat proletar!
Kaum Pekerja, berkumpullah kita pada akhirnya.
Bangunlah! Kaum terkutuk di bumi!
Bangunlah! Kaum pekerja paksa dari kelaparan!
Untuk mengalahakan kemiskinan dan kegelapan.
Kaum budak, bangunlah! Bangunlah!
Kebenaran di pihak kita, jumlah di pihak kita.
Kita yang dulu bukan apa-apa, akan menjadi segala.

Ini adalah perjuangan yang penghabisan
Marilah kita berkumpul dan besok
Internasionale
Itulah umat manusia.

Tidak ada juru selamat-juru selamat agung:
Bukan Tuhan, bukan kaisar, bukan tribun.
Kaum pekerja, marilah kita sendiri menyelamatkan diri kita.
Kaum pekerja, ke sejahteraan umum.
Supaya pencuri-pencuri mengembalikan barang curian.
Untuk membebaskan jiwa dari penjara,
Nyalakan perapian besar kita,
Tempalah besi selagi ia membara.


(E.Pottier : Internasionale)



Mobil ketua PDI Perjuangan Jakarta dilempari batu oleh massa pendukungnya sendiri. Peristiwa di awal September 1999 ini merupakan buntut kekecewaa warga PDI, karena sang ketua memuuskan untuk bekerja sama dengan TNI dalampemilihan Ketua DPRD Jakarata. Calon dari TNI itu akhirnya menang. Kejengkelan pendukung PDI tak bisa ditahan-tahan lagi. Mereka belum lupa, tragedi 27 Juli 1996 yang menelan korban warga PDI adalah ulah TNI. Tetapi kekecewaan massa terhadap partai pilihannya, bukan tertuju pada PDI Perjuangan . Para pemilih PAN, telah lama kecewa dengan tingkah laku politik Amien Rais, Sang Ketua Umum yang mencla-mencle.

Dari kisah di atas kita tahu bahwa Massa-lah yang memegang kendali semuanya. Kita tahu tak ada yang bisa melawan aksi massa, sudah saatnya kita melawan. Lawan, lawan dan lawan. Kita tahhu bahwa Kapitalisme telah menyengsarakan rakyat Indonesia, membuat Negeri ini di ambang kehancuran. Akan tetapi tak juga di Indonesia, di belahan bumi manapun Kapitalisme telah membuat rakyat menderita, terutama buruh dan petani. Namun tak selamanya Kapitalisme akan berjaya seperti sekarang.

"Akan datang suatu masa dimana Lonceng Kapitalisme akan berdentang, dan penjarah akan mengambil barang yang telah di curi dari dirinya". Dan itu memang sudah terjadi dan terbukti. Kita tengok Revolusi Rusia tahun 1917, dan bisa di lihat bahwa massa aksilah yang memegang semua kendali. Dimana Revolusi tersebut telah meruntuhkan Kapitalisme yang lama becokol di Rusia. Revolusi yang dipimpin V.I.Lenin telah menggulingkan kekuasan Tsar III.

Bagaimana dengan Indonesia? Satu pertanyaan yang sudah ada jawabannya tapi masih menunggu tindakan. Sudah saatnya kita memlih "DUDUK DIAM ATAU BANGKIT MELAWAN"?. Jika kita memilih "DUDUK DIAM" berarti kita akan selama-lamanya hidup dalam penindasan Kapitalisme dan hanya akan hidup sengsara, sengsara dan sengsara. Kapitalisme telah menjadikan "Yang Kaya makin Kaya, dan Yang Miskin menjadi Miskin". Sungguh suatu sistem yang tak adil dan berpihak pada satu kelas, yaitu kelas "Borjuasi". Jika kita selama-lamanya hanya "diam" dan mengharapkan bantuan dari yang tak pasti, sudah pasti tak ada bantuan yang akan datang, kita tak bisa mengubah nasib kita selain kita sendiri. Namun sayang, masyarakat kita kebanyakan masih berfikiran kolot. Mereka masih percaya pada hal-hal gaib, hal yang tak pasti. Tapi hal itu tak bisa tak di hilangkan. Dalam Revolusi menuju perubahan kita harus hilangkan dulu hal-hal yang berbau gaib dan tak pasti. Dalam lagu internasionale di atas di tulis "Tidak ada juru selamat-juru selamat agung: Bukan Tuhan, bukan kaisar, bukan tribun". Hanya kita, Kaum Buruh dan Tani yang bisa mengubah semuanya.

Rakyat Indonesia sebagian besar adalah Buruh dan Tani, dan itu bisa dijadikan senjata Revolusi paling ampuh dan tak ada tandingannya. Kita harus berani melawan Babi-Babi Kapitalisme yang makin gemuk di negeri ini, mereka dengan tenang merongrong tiang Negara. Kita harus berani melawan Rayap-Rayap Imperialisme yang makin ganas di bumi pertiwi ini, menggencet para rakyat -buruh dan tani- dengan antek-anteknya. Kita harus "BANGKIT MELAWAN" semua ketimpangan di negeri ini. Melawan ketidak adilan di negeri ini. Hanya ada kata : Lawan, Lawan dan Lawan.

Tapi itu semua terserah anda dalam memilih, "DUDUK DIAM ATAU BANGKIT MELAWAN?"